Karang Taruna Yudasari

Karang Taruna Yudasari
Sedaleuwih

Sabtu, 22 September 2012

cerita sulit berkomunikasi


Saya ini tipe kepribadian INTJ, yang saya tahu berdasarkan tes yang saya ambil sekitar 2 tahun yang lalu. Yang pasti, kemampuan interpersonal saya itu paling rendah sesuai tes kepribadian tersebut. Saya akui, memang kemampuan saya kurang dalam hal komunikasi.
Bukan karena saya ini diciptakan sebagai tipe pemikir, bukan karena saya terlahir dengan kemampuan kuat di logika, bukan juga karena takdir, tetapi mungkin karena belum terlatih saja. Sebab, sejak dulu saya lebih suka sendiri dan kurang suka berada di keramaian. Keseharian saya pun lebih banyak saya gunakan untuk berinteraksi dengan berbagai barang digital, yang menyebabkan saya jadi cukup geek juga.

Dulu, ngomong di depan kelas saja saya malu, dan gemetar sembari bersuara dengan volume yang kecil. Badan saya emang kecil sih, mungkin itu juga yang bikin saya minder. Saya juga takut dicap sombong atau pamer bila berkata hal yang luar biasa, meski saya sebenarnya memang bisa hal tersebut. Serba takut lah pokoknya.
Nggak cuma bicara di depan umum, kemampuan saya komunikasi one-to-one ataupun komunikasi dalam sebuah grup kecil pun lemah. Saya lebih memilih untuk diam dan mengamati lingkungan. Lebih parah lagi kalau memang pikiran saya sedang tidak ada dalam forum tersebut. Mungkin anggapan teman saya, saya ini nggak asyik buat diajak ngobrol. Soalnya kebanyakan setelah topik A, kalau teman bicara saya gak ngomongin topik B, ya saya gak repot-repot mikir topik obrolan berikutnya.
Alhamdulillah, setelah saya berubah, sedikit banyak kemampuan saya bicara berkembang. Saya yang dulu gelagapan bicara di depan umum, akibat sering presentasi, manggung band, seminar, dan berbagai kenarsisan lainnya, sekarang jadi bisa menguasai situasi bila sedang ada di atas panggung. Saya selalu PD jadi pembicara bila topiknya memang yang saya kuasai. Saya nggak segan untuk angkat tangan bertanya dalam sebuah forum atau seminar bila memang saya ingin bertanya.
Bila bertanya hal yang dianggap orang lain sederhana, semata-mata karena saya nggak mengerti. Bila menyinggung hal yang umum, mungkin karena saya sedang ingin berkomunikasi. Bila berbicara hal yang luar biasa, termasuk tentang diri sendiri, bukan karena untuk pamer dan sombong, tetapi semata-mata untuk berbagi dan menginspirasi orang lain.
Semua kemampuan yang saya dapat itu nggak lepas dari pengalaman dan “keterpaksaan” untuk belajar berbicara di depan publik. Dari sini saya sadar bahwa meski saya introvert, logical banget, dan kurang suka keramaian, ternyata saya juga bisa jadi public speaker yang baik. Yah, tapi saya nggak bisa bilang bahwa saya yang terbaik dan sempurna, saya kan masih belajar perlahan. Setidaknya saya yang sekarang telah mengalahkan diri saya yang dulu.
Tapi ternyata, bakat buruk yang terpupuk sejak kecil itu susah berubah. Meski dalam hal public speaking saya lebih baik, dalam hal komunikasi one-to-one atau grup kecilyang menyenangkan itu belum terlatih sepenuhnya. Saya melihat contoh dalam kasus kecil saja di sekitar saya.
Saya lebih banyak diam dan observasi lingkungan di forum yang sedang terlaksana. Saya pun nggak berusaha menarik perhatian dengan mencari topik yang menyenangkan untuk dibahas. Ketika saya observasi, saya menemukan hal unik bahwa ada orang yang begitu lancarnya berbicara dengan orang lain di forum yang sama. Orang yang berbicara dengan saya rasanya biasa saja, begitu berbicara dengan orang itu, ada aja hal yang dibahas, sehingga komunikasi berjalan menyenangkan.
Saya pernah mencoba hal seperti itu. Dalam sebuah forum, saya mencoba untuk aktif berinteraksi dan berkomunikasi. Bila topik yang dibahas sudah buntu, saya coba memikirkan topik lain untuk dibahas. Hasilnya? Lumayan bisa sih, tapi… capek. Entahlah, saya kadang ngerasa kalau saya tidak menjadi diri saya yang sebenarnya.
Tapi, sebenarnya sekarang saya ingin menjadi pribadi yang menyenangkan, termasuk ketika berkomunikasi. Saya iri sama teman saya yang bisa menyenangkan bagi orang lain tersebut. Rasanya begitu senangnya bisa bercengkrama panjang lebar dengan lawan bicara. Saya juga yakin bahwa ini adalah salah satu kemampuan yang saya butuhkan untuk mencapai berbagai goal saya.
Meski susah dan berlawanan dengan kepribadian saya (yang dulu pernah saya tes), tapi saya akan terus mencoba berusaha. Belajar dengan menerapkan kebiasaan saya observasi terkadang menjadi solusi cukup baik, karena saya jadi bisa mengamati dan mengambil pelajaran dari orang yang lebih mahir. Menimba pengalaman dengan banyak-banyak bersosialisasi dan mengurangi perkumpulan via media digital berbasis teks pun sepertinya bisa ditambahkan untuk optimasi. Semoga niat belajar ini selalu teringat kapanpun dan di manapun. Semangat..!!
Jari saya memang cepat, tapi lidah saya sering terpeleset
Oh iya. Ketidaksempurnaan saya pun masih terasa ketika bertanya di dalam sebuah seminar atau forum. Pertanyaan yang ingin saya sampaikan dan sudah tertanam di otak, kadangkala sering nggak keluar sepenuhnya ketika berbicara. Seperti ada jalan yang saaangaaat panjang dari otak ke mulut. Fyuh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar